BERBAGAI INOVASI DIDUNIA PENDIDIKAN MATEMATIKA

    Perkuliahan Etnomatematika minggu ketiga diganti menghadiri acara Webinar Series#6 pada hari Sabtu, 11 September 2021. Webinar Series#6 dimoderatori oleh Pak Heru Sukoco, S.Si., M.Pd. Dosen Universitas Negeri Yogyakarta. Narasumber yang mengisi ada tiga yaitu Dr. Sri Wulan Danoebroto, S.Si, Dr. Isrok’atun, S.Pd.Si., M.Pd., dan Prof. Dr. Marsigit, M.A. Webinar Series#6 membawakan tema “Inovasi Pembelajaran Matematika”. Memberikan berbagai inovasi-inovasi yang sangat menarik dibawakan oleh ketiga narasumber yang memiliki banyak pengalaman di dunia pendidikan.

    Materi pertama disampaikan oleh Ibu Wulan Danoebroto dengan diawali menjelaskan data hasil Pisa Indonesia masih dibawah OECD. Siswa Indonesia berada pada level 2 denga presentase 28% dan rata-rata OECD 76%. Pada level ini siswa indonesia mmpu menafsirkan dan mengenali tanpa instruksi langsung bagaimana merepresentasikan situasi yang sederhana secara sistematis. Narasumber pertama menjelaskan kompetensi penunjang literasi matematika menurut Neubrand (de Lang, 2003:77) diantaranya ada berpikir kritis, Argumentasi matematis, komunikasi matematis, pemodelan matematis, pengajuan masalah atau pemecahan masalah, representasi dan simbol, alat dan teknologi. Melalui P4TK bekerja sama dengan para guru mengembangkan inovasi pembelajaran matematika melalui literasi matematis khususnya pendidikan matematika.

    Kompetensi berpikir matematis, bisa terwujud di 3 aspek yaitu metode, konten, dan attitude. Suatu permasalahan matematika yang kontekstual, siswa bisa menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan. Metode bisa mengabstraksikan atau menyerderhanakan, konten bisa mengembangkan ide tentang operasi bilangan, metode berpikir matematisnya, mencoba menemukan masalah mateamtika dari suatu fenomena. Bagaimana upaya terjadinya proses berpikir matematis, tentukan harus mempertimbangkan stimulus yang diberikan, cukup kah memberikan tantangan anak untuk mencari tau persoalannya. Berikan instruksi atau panduan agar anak terfokuskan pada objek yang akan diamati. Kita harus bisa membuat anak fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan atau permasalahan yang diberikan oleh pendidik.

    Kompetensi kedua yaitu Argument matematis, bisa memberikan alasan dan bukti jika argument orang lain salah seperti pembuktian langsung, pembuktian dengan kontradiksi, pembuktian dengan induksi matematis, pembuktian dengan kontraposisi. Komunikasi matematis, siswa mampu mencrna kalimat dan mampu mengemunikasikan kembali dengan kalimat yang efektif. pemodelan matematis, siswa mampu membuat model dari permasalahan yang diberikan melalui ilustrasi. Contohnya “Tersedi pagar kawat sepanjang 120 meter. Kendang akan dibuat menempel pada salah satu dinding rumah” hal yang menjadi kendala adalah, bagaimana siswa tidak mampu memodelkan ilustrasi yang diberikan. 

    Guru mempunyai peran untuk memancing fokus siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dipikirkan. Representasi dan simbol, membiasakan siswa untuk menerjemahkan masalah kontekstual dengan menggunakan representasi gambar, simbol. Kompetensi terkahir yaitu penguasaan alat dan teknologi, belajar untuk memanfaatkan software untuk digunakan dalam pembelajaran matematika, bisa membantu memahamkan permasalahan yang butuh alat peraga untuk mempermudah pemahaman siswa. Fokus literasi matematis adalah kemampuan menfungsikan matematika berkelanjutan (dari kemampuan dasar ke tingkat lebih tinggi). Melibatkan penalaran dalam formulasi, menerapkan, mengevaluasi dan menginterprestasi. Melibatkan sikap dan emosi positif terhadap matematika. (de Lange, 2006). Tujuan dari Literasi matematika ada beberapa hal yang penting seperti pengembangan modal manusia atau pengembangan sumber daya manusia yang ada, untuk identitas budaya (Etnomatematika), untuk perubahan sosial, kesadaran lingkungan, dan evaluasi matematika. Inovasi pembelajaran matematika melalui literasi matematika dapat dikembangkan berdasarkan tujuan:

  • Kesadaran lingkungan, menggunakan matematika untuk membangun kesadaran atas masalah lingkungan
  • Sumber daya manusia, membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai yang berwujud dalam berpikir dan berperilaku matematis.
  • Identitas budaya, mengembangkan kompetensi matematika sekaligus membangun kesadaran budaya. 
  • Perubahan sosial, menggunakan matematika untuk membangun kepedulian dan pemikiran kritis untuk perubahan sosial. Evaluasi matematika, mengembangkan matematika sebagai ilmu pengetahuan

    Narasumber memberikan materi yang sangat bermanfaat melalui penjelasan tentang inovasi pembelajran melalu literasi matemtis ada 8 hal yang harus dikembangkan dalam pembelajaran seperti: komunikasi matematis, argumentasi matematis, berpikir matematis, menyajikan masalah, memodelkan masalah, menggunakan simbol, menggunakan representasi matematis, serta menggunakan alat dan teknologi. Materi kedua disampaikan oleh Ibu Isrok’atun, menjelaskan tentang Situation Based Learning sebagai Inovasi Pembelajaran Matematika. 

    Menurut data hasil survey SD dari tahun 2014-2019 di Provinsi Banten dan Jawa Barat kemampuan siswa terkait kemampuan CPS Matematis dalam hal objective finding (mengungkapkan atau menceritakan) adalah 62,6%, untuk fact finding (mengungkapkan sesuatu yang ada tetapi tersembunyi, mirip tetapi beda) adalah 51,4%, untuk problem finding (menemukan permasalahan) adalah 51,2%. Alternatif pembelajaran yang perlu dilakukan adalah Melatih penyelidikan melatih kemampuan berpikir kritis, melatih siswa memberikan respons yang cepat, menggali ide, menyadari hal-hal penting, mengumpulkan data dan pembuatan batasan, mengeksplorasi, menganalisis situasi/kendala (masalah), membuat keterkaitan, menemukan masalah dari berbagai sudut pandang serta Meltih siswa menyusun kemampuan problem posing dan problem solving, serta melatih kemampuan accepatance finding.

    Pembelajaran berbasis situasi (situation-based learning) yang disampaikan oleh Ibu Isrok’atun yaitu pembelajaran dimana guru membuat atau mengkreasi situasi matematis dengan mengobservasi dan menganalisis menggabungkan antara materi dan situasi dengan menggunakan narasi atau gambar yang menarik bagi siswa. Skema dari pembelajaran berbasis situasi (situation-based learning) diawali dengan Critical mathematical situation => posing mathematical problem => solving mathematical problem => applying mathematics. Menurut hasil dari penelitian lanjutan pada tahun 2014 di SMA menunjukan bahwa adanya pembelajaran dengan SBL dapat meningkatkan kemampuan CPS matematis. Peningkatan ini lebih tinggi terlihat dari SMA RSBI pada SMA negeri pada biasanya. Peningkatan kemampuan CPS matematika menggunakan SBL berdasarkan gender akan lebih tinggi laki-laki dari pada perempuan.

    Materi ketiga disampaikan oleh Prof. Dr. Marsigit, tentang inovasi pembelajaran matematika melalui konteks budaya. Konteks budaya atau artefak di perguruan tinggi yaitu bagaimana mencari luas atau volumenya secara konstruktif. Pembelajaran berbasis budaya berarti menampung semua metode dan strategi pembelajaran serta model-model yang ada dan juga pendekatannya. Pembelajaran matematika berbasis budaya disuport dengan pembelajaran realistik, bruner, menaingful learning dan pembuktian kontekstual. Secara ideologi, pembelajaran berbasis budaya karena mengakar pada budaya pada praktik pendidikan matematika sangat relevan dan sangat dibuthkan karena saling terkait. Pengembangan pembelajaran online mengikuti kaidah pengembangan ICT terdapat langkah pengembangan yang setiap langkahnya memiliki manfaat tersendiri. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang banyak budayanya. Pembelajaran Etnomatematika memiliki dasar yaitu merencanakan => melakukan => mengamati

    Webinar Series#6 sangat memberikan ilmu sebagai bekal didunia pendidikan sebagai seorang pendidik. Materi yang dibawakan oleh ketiga narasumber tentang berbagai inovasi pembelajaran matematika. Dari narasumber pertama memberikan materi tentang inovasi pembelajaran matematika melalui literasi matematis, narasumber kedua dengan materi inovasi pembelajaran matematika berbasis situasi (situation-based learning), dan narasumber terakhir menyampaikan inovasi pembelajaran matematika melalui budaya. Masing-masing inovasi memberikan karakteristiknya serta kebermanfaatannya bagi dunia pendidikan. Dengan berbagai penjelasan dari narasumber yang telah memberikan ilmunya terkait berbagai inovasi pembelajaran matematika bisa mendorong peserta webinar untuk menemukan atau menciptakan inovasi pembelajara matematika lainnya yang sesuai dengan karakter siswa dan perkembangan zaman


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ideologi dalam Pendidikan Matematika

Pembelajaran Sekarang Harus Inovatif

Pembelajaran Inovatif dalam Transfer Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Karakter bagi Siswa (Refleksi Perkulihan Minggu Kesembilan Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika)