Ideologi dalam Pendidikan Matematika

Ideologi adalah suatu keyakinan atau nilai-nilai yang dipegang oleh kelompok sosial tertentu yang berguna untuk mengikat kelompok tersebut. Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu edios (gagasan) atau (konsep) dan logos (ilmu). Ideologi adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan, dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis sebagai keyakinan yang dijunjung tinggi yang berisi nilai-nilai yang dipegang oleh suatu kelompok sosial tertentu yang berguna untuk mengikat kelompok tersebut karena dianggap sebagai keyakinan dan doktrin tentang manusia dan tempatnya di dunia, struktur sosial, dan politik di mana manusia itu berada, serta dipandang tentang cara terbaik untuk mencapai akhir dan tujuannya.

Sedangkan, ideologi pendidikan matematika sendiri menjelaskan tentang bagaimana pendidikan matematika dapat diimplementasikan baik secara radikal, konservatif, liberal dan demokrasi. Matematika sendiri adalah ilmu yang menyangkut ide-ide pemikiran yang pemikirannya dibatasi oleh ruang dan waktu. Tetapi dalam proses belajar mengajar di sekolah, matematika sekolah menekankan bahwa matematika sebagai kegiatan untuk mencari pola dan hubungan. Dalam karyanya, Paul Ernest menyataan bahwa ada lima ideologi pendidikan matematika yang dibuat oleh dirinya sendiri. Lima ideologi tersebut adalah:

a.       Industrial Trainer

Teori Industrial Trainer adalah otoriter, melibatkan disiplin yang ketat, dan transmisi pengetahuan sebagai aliran fakta, untuk dipelajari dan diterapkan. Pengajaran adalah masalah lulus pada sebuah bangunan pengetahuan (Lawlor, 1988). Nilai moral yang memberikan pandangan sekolah sebagai terdiri dari kerja keras, usaha dan disiplin diri. Oleh karena itu pandangan ajaran adalah bahwa pembelajaran hafalan, pengingatan, praktek keterampilan, aplikasi keras dalam ‘bekerja’ di sekolah pada subjek (yaitu matematika). Matematika itu bukan ‘bersenang-senang (Prais, 1987). Menurut Froome (1979) Mengajar adalah menggiling keras, dan tidak berusaha untuk mengubahnya menjadi informalitas senang yang bisa menggapai sukses. Seperti kutipan ini mengilustrasikan, ada juga penolakan yang kuat pendidikan progresif (Letwin, 1988). Keberpusatan-Anak, pilihan anak-anak, penelusuran matematika dan menggunakan kalkulator semua dikecam sebagai mengarah ke permisif, kelambanan moral, kemalasan, dan penghindaran dari kerja keras yang diperlukan (Froome, 1970; Prais, 1987).

b.      Technological Pragmatist

Pragmatis teknologis tidak begitu memperhatikan penjagaan batas kelas, dan tidak begitu reproduktif. Masyarakat pada ideologi ini dipandang sebagai dasar pada kekayaan dan kemajuan, dengan mengikuti inovasi dan kemajuan teknologi. Pendidikan matematika merupakan bagian dari keseluruhan pelatihan atas populasi untuk memenuhi kebutuhan karyawan, dan tujuan sosial yang jelas bersifat meritokratik. Gerakan sosial dalam dasar pencapaian teknologi merupakan bagian dari pandangan ini, karena industri dan sektor lainnya terus meluas dan memerlukan karyawan yang terlatih dalam bidang teknologi. Namun, stratifikasi sosial dengan dasar kelas yang ada tidak dipertanyakan, dan akibatnya berbagai faktor dan perkiraan berfungsi untuk mereproduksi divisi dan stratifikasi sosial.

Tujuan dari pengajaran matematika adalah utilitarian; siswa harus diajar matematika pada tingkat yang tepat untuk mempersiapkan mereka untuk memenuhi tuntutan pekerjaan dewasa. Tujuan ini memiliki tigakomponen cabang: (1) untuk membekali siswa dengan pengetahuan matematika dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan, (2) untuk mengesahkan pencapaian matematika siswa untuk membantu seleksi untuk kerja, dan (3) teknologi lebih lanjut dengan pelatihan teknologi menyeluruh, seperti dalam kesadaran komputer dan keterampilan teknologi informasi. Mengajarkan teori pengetahuan matematis sekolah, teori kemampuan matematika, teori suber daya untuk pendidikan matematika, teori mengajar matematika, teori menilai belajar matematika, dan teori keanekaragam sosial dalam pendidikan matematika.

c.       Old Humanism

Kelompok ahli lama menganggap ilmu pengetahuan murni menjadi berguna hanya pada kebenarannya sendiri. Faktanya, ahli matematika lama menganggap matematika sebagai barang berharga dan juga sebuah unsur pusat kebudayaan. Matematika adalah sebuah prestasi tertinggi umat manusia, “ratu ilmu pengetahuan”, sebuah kesempurnaan, tubuh kejernihan dari kebenaran mutlak, hasil dari sebuah kelompok genius. Dalam matematika pembuktian logika, struktur, abstraksi, penyederhanaan memiliki nilai. Berdasarkan nilai ini, tujuan pendidikan matematika adalah komunikasi dari metematika itu sendiri. Ideologi kelompok ini dipisahkan kemutlakan nisbian.

Old humanism atau lebih dikenal dengan humanis lama berfokus pada perkembangan kemampuan serta bakat matematika dan penanaman nilai matematika murni. Hal ini mempermudah pemeliharaan dan reproduksi badan ahli matematika, yang menunjukkan porsi profesional, elit kelas menengah, dengan budaya kelas menengah yang murni. Hal ini bisa dilihat dari divisi antara kerja dengan tangan dan dengan otak, dan budaya concomittent serta pembedaan kelas (Restivo, 1985). Kelompok ini mempunyai tradisi yang lebih kuat atas isi kurikulum matematika, menjadikannya bergerak dari atas ke bawah (top down) melayani kepentingan kelompok bukan “dari bawah ke atas” melayani kepentingan semua. Dengan fokus pada kebutuhan para elit, dan keberlangsungannya, maka ideologi ini berusaha mereproduksi struktur kelas masyarakat.

d.      Progressive Educator

        Pendidik progresif ditujukan untuk matematika fokus pada perwujudan dan pemenuhan manusia melalui matematika sebagai arti dari ekspresi diri dan pengembangan personal. Penekanan dari pandangan ini sangatlah individualistik. Sedangkan hal ini diarahkan untuk kemajuan individu dalam sejumlah cara, tidak menempatkan mereka dalam matriks sosial, serta tidak mengetahui konflik pada kerja dalam masyarakat yang menggali efficacy dari pendidikan yang progresif. Sehingga meskipun pandangan bersifat progresif, namun tidak begitu menggali kekuatan reproduktif pada kerja di masyarakat dan sekolah. Faktor seperti sumber daya sekolah dan guru yang tidak sama memberikan stereotip pada siswa tidak menantang. Secara sosial, pendidik progresif memperhatikan masalah perbaikan kondisi individu, bukan pada perubahan sosial untuk memberikan kondisi emansipasi. Ideologi Progressive Educator merupakan yang paling banyak digunakan untuk mengembangkan dan memperkuat suatu individu dan memudahkan kemajuan sosial.

e.       Public Educator

Pendidik publik fokus pada penguatan pelajar, melalui matematika, menjadi otonom, warga negara penting dalam masyarakat demokratis. Kurikulum bagi pendidik matematika publik ditujukan untuk menjadi emancipatory melalui integrasi guru dan diskusi publik tentang matematika dalam konteks sosial dan politiknya, melalui kebebasan siswa untuk bertanya dan menantang asumsi tentang matematika, masyarakat, dan tempat mereka, serta penguatan mereka melalui matematika pada pemahaman dan kontrol yang lebih baik dari situasi hidup mereka. Pandangan ini sepenuhnya mengakui dampak konteks sosial dalam pendidikan dan memandang pendidikan sebagai makna pencapaian kebenaran sosial. Ada perhatian terhadap alokasi sumber daya yang tidak sama dan kesempatan kehidupan dalam pendidikan, dan perhatian pada perlawanan bentuk rasisme, seksisme dan rintangan lain pada kesempatan yang sama. Dari kelima ideologi, hanya ini saja yang merupakan pandangan perubahan sosial, mengakui ketidakadilan dari masyarakat kita yang terstratifikasi dan hirakis, dan berusaha menghancurkan siklus dengan mereproduksi atau menciptakan ulang melalui pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

Busthan, Abdy. 2016. Pengantar Pendidikan: Konsep & Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Kupang: Desna Live Ministry

Filsafat. 2016. “Unsur-unsur Ideologi Pendidikan Matematika”. http://mastur12.blogspot.com/search?q=ideologi, diakses pada 16 Oktober 2021.

Nabire, Suara. 2020. “Ideologi Pendidikan: Konsep dan Bentuk Ideologi dalam Pendidikan. https://www.suaranabire.xyz/2020/07/ideologi-pendidikan-konsep-dan-bentuk.html, diakses pada 16 Oktober 2021.

Unknown. 2016. “Ideologi dan Teori Perry”. http://agusjnaibaho.blogspot.com/2016/02/ideologi-dan-teori-perry.html, diakses pada 16 Oktober 2021. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Sekarang Harus Inovatif

Pembelajaran Inovatif dalam Transfer Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Karakter bagi Siswa (Refleksi Perkulihan Minggu Kesembilan Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika)